Rabu, 01 Juni 2011

MACBETH, the shortest Shakespeare's tragedy




Macbeth
Masih melanjutkan bahasan saya kemarin tentang karya-karya William Shakespeare, Macbeth adalah drama tragedi Shakespeare yang terpendek dan dipercaya ditulis antara tahun 1603-1607. Diperkirakan dipentaskan pertama kali pada April 1611 dan dipublikasikan pada tahun 1623. Dibalik panggung teater, beberapa orang percaya bahwa drama ini dikutuk, sehingga mereka tidak berani menyebut judulnya dengan suara kelas. Akhirnya, drama ini pun mendapatkan julukan baru “The Scottish Play”. Kini Macbeth tidak lagi ditakuti bahkan telah diadaptasi ke dalam pita seluloid, televisi, opera, novel, komik, dan media-media lainnya. Shakespeare membuat karyanya ini berdasarkan kisah nyata tragedi King Macbeth of Scotland, Macduff dan Duncan dalam Holinshed’s Chronicles (1587). Meski demikian, Macbeth karya Shakespeare tidaklah sama seperti peristiwa sesungguhnya (untuk lebih jelasnya bisa dibaca di ulasan abal saya di bawah ini).




SUMMARY
Macbeth, The Lord of Glamis adalah salah satu ksatria Raja Duncan dari Scotlandia. Pada suatu hari, seusai perang melawan kerajaan Norwegia, Macbeth dan temannya Banquo bertemu dengan 3 orang wanita tua misterius yang muncul tiba-tiba dihadapan mereka. Ketiga wanita misterius itu mengatakan ramalan yang kelak akan mengubah hidup Macbeth untuk selamanya.

“Macbeth, Lord of Glamis”
“Macbeth, Lord of Cawdor”
“Macbeth, King of Scotland”

Macbeth meet the witches
Pertemuan Macbeth dengan tiga wanita tua
Kira-kira itulah yang dikatakan oleh ketiga wanita tua itu. Macbeth dan Banquo yang mendengarnya tentu saja heran. Macbeth memang “Lord of Glamis”, tetapi “Lord of Cawdor” masih hidup dan Raja Duncan juga masih sehat walafiat. Terlebih lagi ketika ketiga wanita itu juga meramalkan kalau keturunan Banquo kelak akan mendapatkan kedudukan tinggi dan menjadi raja. Setelah mengatakan ramalan tersebut, ketiga wanita tua itu menghilang. Ditengah kebingungannya tiba-tiba datanglah dua orang Lord yang membawa pesan dari Raja Scotlandia. Raja Scotlandia sangat berterima kasih kepada Macbeth atas jasa-jasanya di medan pertempuran, dan sebagai hadiah ia menganugerahkan gelar “Lord of Cawdor” kepadanya. Dengan demikian, dua dari ketiga ramalan wanita tua itu telah menjadi kenyataan.

Macbeth kini seorang Lord of Cawdor dan ia berambisi menjadi Raja. Ia pun menulis surat kepada istrinya tentang ramalan yang baru saja ia dengar. Ketika Raja Duncan memutuskan untuk menghinap di kastil Macbeth, Lady Macbeth membuat sebuah rencana untuk membunuhnya agar suaminya bisa menjadi raja. Macbeth merasa ragu, tapi istrinya terus mendesaknya untuk melaksanakan rencana ini. Malam harinya, Macbeth membunuh Raja Duncan. Tidak ada satupun yang melihat peristiwa itu. Macbeth gemetaran sampai-sampai istrinya mengambil alih aksinya. Sesuai rencana, dia membuat seolah-olah para pengawal Duncan lah yang melakukan pembunuhan dengan cara menaruh pisau berlumuran darah ditangan mereka yang sedang tertidur. Di pagi hari, Lennox, salah satu bangsawan, dan Macduff, The Lord of Fife, tiba di kastil Macbeth dan menemukan jasad Raja yang telah terbunuh. Dengan penuh amarah, Macbeth membunuh para pengawal sebelum mereka bisa menjelaskan alibi mereka. Macduff mencurigai Macbeth terlibat dalam pembunuhan ini, namun dia tidak mengungkapkan kecurigaannya karena belum adanya bukti. Takut nyawa mereka ikut terancam, Malcown dan Donalbain, putra-putra Duncan, memutuskan untuk melarikan diri. Malcown ke England dan Donalbain ke Irlandia. Akhirnya Macbeth diangkat menjadi raja Scotlandia.

Ramalan ketiga wanita tua itu telah menjadi kenyataan. Namun rasa cemas justru menggerogoti hati Macbeth. Ia teringat akan Banquo dan ramalan tentang putra-putranya yang kelak akan menjadi raja. Merasa terancam, Macbeth mengutus dua orang untuk membunuh Banquo dan putranya, Flence. Banquo tewas namun putranya berhasil melarikan diri. Malam harinya di acara perjamuan, hantu Banquo muncul dan duduk di kursi Macbeth. Hanya Macbeth yang bisa melihatnya sementara tamu yang lain hanya melihat kursi kosong.

Macbeth pun memutuskan untuk menemui ketiga wanita tua itu sekali lagi. Mereka menunjukkan pada Macbeth gambar-gambar di udara. Mula-mula muncul kepala seorang lelaki yang berlumuran darah mengucapkan sebuah peringatan bahwa Macduff akan berhianat. Sosok kedua adalah seorang anak kecil berlumuran darah. Ia meramalkan bahwa Ada seseorang yang ingin membunuh Macbeth, dan orang itu tidak dilahirkan oleh seorang wanita. Sosok terakhir adalah seorang anak kecil dengan pohon. Ia mengatakan bahwa Macbeth tidak akan mati sampai pohon-pohon di Birnam Wood datang menyerbuh kastilnya di Dunsinane. Tentu saja semua ramalan itu nampak mustahil. Semua orang pasti dilahirkan oleh wanita dan tidak mungkin sebuah pohon bisa berjalan menyerbu manusia. Akhirnya satu-satunya yang dikhawatirkan Macbeth adalah Macduff. Berhubung Macduff sekarang ada di England, Macbeth membunuh semua orang di kastil Macduff termasuk istri dan anak-anaknya.

Banquo Macbeth
Μacbeth melihat hantu Bonquo duduk di kursinya
Merasa tertekan akan apa yang ia dan suaminya lakukan, Lady Macbeth menjadi agak sinting dan mulai berjalan sambil tidur. Ia meninggal tidak lama setelah itu. Sementara itu di England, Macduff mendapatkan kabar dari Ross kalau seluruh keluarganya telah dibunuh oleh Macbeth dan pasukannya. Merasa marah atas kesewenang-wenangan Macbeth, Malcolm bersama Macduff memutuskan untuk berperang melawan Macbeth. Mereka dibantu oleh seorang bangsawan Inggris, Siward (the Elder) yang juga merupakan Earl of Northumberland. Saat mencapai Birnam Wood, Malcolm memerintahkan pasukannya untuk mengambil ranting-ranting pohon sebagai kamuflase sehingga dari jauh pasukan mereka nampak seperti serombongan pohon yang berjalan. Dengan demikian ramalan sang wanita tua menjadi kenyataan. Macbeth bertarung melawan Macduff tanpa sedikitpun merasa takut sebab mengacu pada ramalan wanita tua, hanya pria yang tidak dilahirkan oleh wanita yang sanggup membunuhnya. Namun Macbeth salah sebab Macduff tidak dilahirkan oleh ibunya, melainkan “dikeluarkan dari perut ibunya sebelum waktunya” (Yaa... anda tau kan maksud saya?). Akhirnya, Macduff pun membunuh Macbeth dan memenggal kepalanya. Malcolm son of Duncan diangkat menjadi Raja dan keadaan kembali damai seperti sedia kala.   ~#THE END#~
***
Macbeth memiliki banyak kesamaan dengan karya tragedi Shakespere yang lain “Anthony and Cleopatra”. Keduanya baik itu Antony atau Macbeth adalah karakter yang ambisius. Mereka berusaha mendapatkan tahta kerajaan namun akhirnya mendapatkan balasan karena apa yang mereka perbuat. Kedua kisah ini juga sama-sama memiliki karakter wanita yang powerful dan memegang peran penting dalam cerita, Cleopatra dan Lady Macbeth.

Shakespeare menulis kisah ini berdasarkan kisah-kisah dalam Holinshed’s Chronicles, sebuah sejarah popular dari kepulauan Inggris. Dalam Chronicles, seorang pria bernama Donwald mendapati beberapa anggota keluarganya di hukum mati oleh rajanya, King Duff, karena dianggap bersekutu dengan penyihir. Setelah mendapat tekanan dari istrinya, dia dan empat orang pelayannya membunuh sang raja di rumahnya sendiri. Dalam Chronicles, Macbeth digambarkan sebagai pejuang yang setia kepada kerajaan, sampai suatu hari ia dan temannya, Bonquo bertemu dengan tiga orang penyihir yang memberi mereka ramalan (isi ramalannya sama persis dengan apa yang ditulis Shakespeare). Macbeth dan Bonquo kemudian bersama-sama membuat rencana untuk membunuh Raja, sebagaimana yang Lady Macbeth inginkan. Macbeth memerintah selama sepuluh tahun sebelum akhirnya digulingkan oleh Macduff dan Malcolm. Persamaan diantara kedua versi itu nampak jelas disini. Namun ada juga ahli yang berpendapat Rerum Scoticarum Historia’nya George Buchanan lebih mirip dengan Macbeth versi Shakespeare. Pada masa Shakespeare, Historia sudah ditulis dalam bahasa Latin. Selain itu, dalam Chronicles, Raja Duncan tewas dibunuh dalam suatu penyergapan bukan dibunuh di rumah Macbeth. Shakespeare sepertinya mengutip bagian ini dari kisah Donwald and King Duff untuk membuat dramanya lebih kelam.

Selain itu, Shakespeare juga membuat sedikit perubahan pada karakter Banquo dengan menjadikannya sebagai salah satu korban “keserakahan” Macbeth. Banquo yang di Chronicles digambarkan menjadi karakter antagonis, berubah menjadi protagonis dalam karya Shakespeare. Hal ini tidak terlepas dari sejarah yang mengatakan bahwa Banquo merupakan nenek moyang dari Raja Inggris, James I. Tentu saja akan sangat berbahaya untuk menulis seorang Kakek buyut Raja Inggris sebagai seorang pembunuh. Penulis lain pada masa Shakespeare yang menulis tentang Banquo juga melakukan hal yang sama. Sebagai contoh, Jean de Schelandre pada bukunya Stuartide juga mengubah sejarah dengan menggambarkan Banquo sebagai bangsawan yang setia, bukan seorang pembunuh. Kedua, Shakespeare mungkin mengubah karakter Banquo karena dia membutuhkan penyelesaian yang dramatis untuk kisahnya. Ya.. seperti yang kita ketahui kematian Banquo membuat hidup Macbeth semakin sengsara. Ini mendorong cerita menjadi lebih emosional serta menjadi klimaks yang baik. Para ahli berpendapat kalau jika ada karakter yang memberikan perubahan drastis bagi Macbeth, karakter itu adalah Banquo.

OKE.... Ini bisa menjadi pelajaran bagi kita, saudara-saudara. Ambisius sih boleh saja tapi jangan kelewat ambisius sampai-sampai menggunakan cara kotor untuk menggapai ambisi tersebut. Bisa-bisa ambisi itu menjadi senjata makan tuan yang akan menghancurkan dirimu.
#Nunjuk ke arah Macbeth#
Macbeth : “Apa??? Gue ganteng ya???”
Krikk.. krikkkk.... krikkkkkkk.....
#penulis dihajar oleh reader karena ngelantur#
Oke... berikut ini saya hadirkan beberapa trivia yang mungkin menarik untuk diketahui:

TRIVIA
  • Macbeth adalah drama tragedi Shakespeare yang terpendek, ribuan baris lebih pendek dari Othello dan King Lear.
  • Dalam pertunjukannya, pemeran Macbeth selalu mengenakan pakaian yang kekecilan atau kebesaran. Hal ini disengaja oleh Shakespeare untuk menunjukkan ambisinya yang terlalu besar dan karakternya yang terlalu kecil sebagai seorang Raja.
  • Drama ini kemungkinan dibuat untuk merayakan penobatan Raja James I, yang konon merupakan keturunan Bonquo. Ramalan yang mengatakan kalau keturunan Banquo kelak akan menjadi Raja lebih ditujukan sebagai pujian bagi Raja James sendiri.
  • Karena dianggap membawa sial, para aktor maupun aktris tidak ada yang berani mengucapkan nama Macbeth keras-keras di atas panggung. Mereka menggunakan kata “The Scottish Play” atau “Mac-Bee” untuk menyebut pertunjukan mereka. Dan untuk karakter Macbeth sendiri, mereka memanggilnya sebagai “Mr. and Mrs. M” atau “The Scottish King”.
  • Pada era restorasi, Sir William Davenant memproduseri sebuah pertunjukan opera yang diadaptasi dari kisah Macbeth “dengan banyak nyanyian dan tarian” serta spesial effect seperti para penyihir yang terbang.
  • Di era modern, Macbeth telah diadaptasi kedalam berbagai media termasuk film. Mungkin kita telah familiar dengan “The Tragedy of Macbeth”nya Roman Polansky. Tapi taukah anda bahwa Film adaptasi Macbeth yang tersukses bukanlah berasal dari Hollywood atau Eropa melainkan dari Jepang? Yuphh... Negeri Sakura telah menunjukkan kepiawaiannya dengan merilis Throne of Blood atau Kumonosu pada tahun 1957. Harold Bloom, salah satu kritikus film Amerika menganggap adaptasi ini sebagai “The most successful film version of Macbeth”.

****

Hahahahaha... terima kasih bagi yang mau membaca ocehan saya diatas. ^.^ Semoga bisa berguna bagi pembaca.
Kisses..~..

4 komentar:

  1. Wahhhh..... Nerwen nulis tentang Macbeth? hahahahahaha,.... ternyata dirimu punya bakat lain selain berfangirling. Ku kira blog tentang Kuroshitsuji, gak taunya fantasi ya???
    Kapan-kapan bahas tentang Faustian Contract ya..!!! atau the book of Faustus. Tu masuk kategori litelatur juga kan??? hahahaha..
    Ganbatte nee..!!! ^^

    Cieru Michaelis kagak pake login.

    BalasHapus
  2. Wahhhhh..... kau menghina q yaaa?????????
    #siap2 jitak Cieru pake chainsaw#
    Faustian...??? Oke deh, nanti q carikan. hehehehehe...!!!!

    BalasHapus
  3. mantap bener ni blog, lanjutkan gan!!

    BalasHapus